Jika kita renungkan, dalam
kehidupan ini, kegiatan berbagi tak pernah lepas dari diri kita. Selalu ada
saat-saat berbagi dengan yang lain. Bahkan selama dalam kandungan pun kita
telah berbagi ruang dengan ibu kita. Hal ini lah yang kemudian membuat kita
akan selalu merasa membutuhkan orang lain dalam hidup ini, baik untuk meminta
maupun memberi. Kebahagiaan akan terasa lengkap jika kita membagi kebahagiaan
itu dengan orang lain, toh di saat kita berbagi, kebahagiaan itu tidak akan
berkurang, justru malahan membuat hidup ini lebih happy lagi. Selain
kebahagiaan, rasa duka, kemalangan atau masalah kita pun bisa dibagi terkhusus
kepada Sang Maha Pencipta, demi meringankan beban hidup dan mendapatkan
solusi.
Saya teringat dengan
pelajaran kimia SMA yang membahas tentang Ikatan Kimia. Disitu dijelaskan bahwa
unsure-unsur selain gas mulia bersifat tidak stabil. Gas mulia adalah unsur
yang stabil, karena dalam konfigurasi elektronnya memenuhi aturan kestabilan
unsure yaitu : aturan Duplet (electron kulit terluar/ electron valensi = 2,
He), dan aturan octet (electron kulit terluar/ electron valensi = 8, yaitu
unsure Ne, Ar, Kr, Xe, Rn), sehingga di alam pada umumnya ditemukan dalam
keadaan bebas atau tidak berikatan dengan unsure lainnya.
Unsure-unsur selain gas
mulia memiliki konfigurasi electron yang tidak memenuhi salah satu dari syarat
kestabilan unsure (aturan Duplet (khusus unsure He, Li, H) dan aturan Oktet).
Namun, secara alamiah unsure-unsur tersebut walaupun tidak punya rasa dan pikiran
layaknya manusia yang bisa menimbang mana hal baik dan buruk juga berkeinginan
agar dirinya bersifat stabil seperti unsure-unsur Gas Mulia.
Setidaknya ada dua cara
yang bisa diambil oleh unsure-unsur tersebut agar stabil, yaitu dengan melepas
atau menerima electron (ikatan ion), atau menggunakan pasangan elekron secara
bersama (ikatan kovalen). Suatu atom dengan jumlah electron terluar 1, 2 atau 3
maka supaya keadaannya stabil (electron terluarnya = 8) maka dengan ikhlas
melepaskan/ menyerahkan/ memberikan kelebihan elektronnya itu kepada atom yang
membutuhkan/kekurangan electron. Dengan begitu, kedua atom akan sama-sama
stabil.
Bagaimana jika ada atom yang
sama-sama membutuhkan electron (kekurangan), padahal mereka juga ingin stabil
seperti unsure Gas Mulia ?. Ada cara lain, yaitu tidak ada electron yang
dilepas maupun diterima. Tapi, dengan jalan kedua atom sama-sama sepakat
menyumbangkan pasangan elektronnya untuk dipakai bersama. Nah, kalau begini,
atom-atom tersebut bisa stabil, aman, tentram, dan damai.
Kembali ke kehidupan
masyarakat kita, sangat jelas terlihat perbedaan si kaya dan si miskin.
Seolah-olah ada tembok pembatas, jurang pemisah. Yang kaya makin kaya, yang
miskin juga makin miskin. Cobalah kita lihat di sekitar, masih banyak
orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita. Tapi masih banyak juga
orang-orang yang sangat kelebihan harta, tidak juga menyisihkan sebagian harta
mereka. Padahal dengan menyisihkan sedikitnya 2,5% dari harta kita setiap
bulannya, saya pikir hal itu tidaklah terlampau banyak, tidak sampai kok kita
bisa jatuh miskin atau tidak bisa makan. Setiap ada keluaran HP terbaru, mobil
terbaru, segala macam pernak pernik Fashion terbaru, pokoke semua-semualah yang
terbaru, dibelinya tanpa pikir panjang, demi mengikuti Trend katanya. Sementara
si miskin, harus memikirkan berbagai cara untuk menghidupi kehidupan mereka
tiap harinya. Syukur-syukur kalau penghasilannya cukup untuk sampai hari esok,
lah ini, hari ini di cari, hari ini juga habis. Boro-boro memikirkan mau beli
pakaian, untuk makan hari esok saja, belum tau mau dicari dimana.
Coba’ yah, kita memakai
prinsip atom-atom unsur kimia. Ketika elektronnya berlebih (baca harta), maka
dengan senang hati diberikan kepada atom yang kekurangan electron supaya
kedua-duanya stabil. Ketika sama-sama kurang, maka atom-atom ini bahu membahu
menyumbangkan masing-masing satu pasang atau lebih elektronnya untuk dipakai
bersama, juga untuk bersifat stabil (stabil dalam kamus manusia (versi penulis
:)) adalah hidup yang tentram, nyaman, damai, sentosa, tenang, dll). Begitupun
juga kalau kita berlebih, tidak lupa sama orang-orang yang masih kekurangan, tidak lupa meyisihkan sebagian harta kita, agar mereka juga bisa merasakan apa yang bisa kita rasakan. Kalau sudah begitu, kehidupan kita di bumi juga akan merasa tenang dan damai. Berita-berita
criminal, busung lapar, anak putus sekolah, dll tidak lagi menghiasi
Koran-koran dan media elektronika kita yang membuat kepala nyut-nyut saat
mendengarnya. Tapi dipenuhi dengan berita-berita kebahagiaan yang membuat senyum
terkembang dan hati berbunga-bunga.:)
"Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menfkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan butir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui."
(QS.
al-Baqarah : 261)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar