Sementara membaca novel Tere Liye "Ayahku
Bukan Pembohong", iseng saya mengetikkan "Akademi Gajah" di
search engine Google, hehehe.. ternyata emang g' ada. Saya tertarik dengan
sekolah ini, terlepas dari fiksi atau non fiksi. sekolah ini menggambarkan
sekolah yang penuh dengan petualangan, seklolah ini mendidik siswanya menjadi
bertanggung jawab dengan apa yang dipilihnya. Buktinya "Akademi
gajah" tidak memaksa siswanya mengambil mata pelajaran paket seperti
sekolah-sekolah pada umumnya di Indonesia. Minimal mereka mengambil 8 mata
pelajaran dengan 4 mata pelajaran yang wajib, sisanya terserah. Mereka
juga boleh mengambil lebih dari 8 mata pelajaran selagi mereka bisa.
Di "Akademi Gajah" ini ada kelas memanah,
kelas yang di ambil oleh Dam dan Retro, yang sampai 1 bulan sebelum ujian akhir
kelulusan tidak terpilih sebagai Tim Elit Pemanah sekolahnya. Sehingga demi
rasa penasaran yang menggebu-gebu, mereka rela berbohong kepada penjaga pintu
sekolah bahwa mereka mendapatkan surat izin ikut berburu babi di hutan
perkampungan dekat sekolah mereka. Betul-betul pengalaman yang tak terlupakan
bagi kedua anak ini yang kalau latihan memanah tidak pernah mengenai sasaran
dengan tepat.
Ada pula kelas menggambar, yang dipilih oleh
Dam. Karena di sekolah mereka kamera dan semacamnya tidak diperbolehkan, maka
demi memperlihatkan betapa indahnya sekolah Dam kepada ibunya, ia dengan bakat
terpendamnya mulai membuat sketsa-sketsa setiap pojok sekolahnya yang di
gambarnya dari semua sudut pandang, dengan begitu ibunya “sang artis tercantik
di zamannya” bisa membayangkan betapa mengagumkannya sekolah “Akademi Gajah”.
sebenarnya, walaupun pada akhirnya Dam mulai tidak mempercayai cerita-cerita
Ayahya (cerita tentang si Kapten El Capitano, Lembah Bukharah dan Suku Penguasa
Angin). secara tidak langsung kisah-kisah ini membuat daya imajinasi Dam
berkembang tiada terkira yang kelak mengantarkan ia menjadi seorang Arsitek
dengan gambar-gambar/sketsa yang mengagumkan. Cerita-cerita ayahnya seakan-akan
mengendap di alam bawah sadarnya, dan menjadi sumber inspirasi yang tidak
terbatas. Ia tumbuh menjadi anak yang baik, jujur, suka menolong, sportif
dan punya hati yang lurus.
Ayah Dam berhasil mendidiknya dengan cara
berbeda, cara yang terbilang kuno di era sekarang ini. Tapi, memberikan
dampak yang sangat luar biasa. Dengan menceritakan berbagai kisah-kisah
menariknya di kala beliau masih muda, Dam berhasil mengambil hikmah/pelajaran
dari kisah-kisah yang didengarnya. Ayahnya tidak mendidiknya dengan cara
kekerasan atau cara disiplin yang berlebihan, bukan dengan cara
membanding-bandingkan kelebihan seseorang dengan anaknya (cara yang dilakukan
oleh ayah Jarjit, sehingga berakibat Jarjit sangat membenci Dam) yang membuat
anak-anak zaman sekarang seolah-olah sudah kehilangan jati diri. Belum lagi, di
zaman sekarang anak-anak di suguhi dengan tontonan-tontonan kurang mendidik di
TV 24 jam, berbagai macam game online, game di PS, dll. Semuanya membuat daya
imajinasi anak-anak menjadi berkurang, tidak kreatif.
Akademi Gajah, sekolah yang mendidik siswanya
dengan pemahaman bahwa pelajaran-pelajaran di sekolah tidak melulu mesti di
nilai dengan angka-angka di atas kertas. Nilai-nilai di atas kertas itu tidak
penting, tapi yang terpenting adalah bagaimana proses perjalanan mendapatkan
pendidikan, memaknai setiap langkah perjalanan mendapatkan
pendidikan/pengetahuan di kelas maupun di luar kelas, dimana Dam dinyatakan
lulus dengan predikat baik walaupun ia tidak sempat mengikuti ujian akhir
kelulusan.
Ah.. Seandainya sekolah-sekolah di Indonesia
seperti di Akademi Gajah, kelulusan siswa tidak hanya dinilai dari Ujian
Nasional, tapi merupakan semua rangkaian pendidikan selama tiga tahun atau 6
tahun siswa selama di sekolah. Jika hal ini terjadi, maka segala bentuk
kecurangan, kebohongan, ketidakjujuran demi meluluskan siswa-siswanya tidak
lagi mondar-mandir di berita-berita TV dan surat kabar. Berita yang sangat
klasik sebenarnya dari tahun ke tahun. Seolah-olah semua yang terkait menutup
mata dan telinga akan kejadian ini. Tidak ada gunanya, segala kertas-kertas
pernyataan “Bahwa saya akan mengawas/mengerjakan ujian dengan JUJUR”. Jika
system pendidikan kita masih seperti sekarang ini. Tidak ada gunanya pengawas
ruangan, polisi, pengawas independen, jika semuanya bekerja sama melakukan
kecurangan. Itulah mungkin penyebab, sampai sekarang tindakan korupsi masih
sangat, sangat, sangat susah diberantas. Di berantas satu, eh tumbuh seribu.
Dimana letak pendidikan yang sebenarnya??
Saya beruntung bisa bersekolah di zaman yang
penentuan kelulusan berdasarkan EBTA/EBTANAS, semua siswa lulus. Saya beruntung
bisa sekolah di Sekolah kejuruan “SEKOLAH MENENGAH ANALIS KIMIA (SMAK)
Makassar”, di sana saya tak perlu mengikuti UAN untuk kelulusan, tapi cukup
ujian akhir di Sekolah kelas IV dan ujian Praktek Lapangan di Industri
masing-masing tempat kita PKL. Dan semua siswa lulus dengan keterampilan dan
pengetahuan yang memadai untuk kehidupan selanjutnya.
saya ssetuju dengan ulasan anda, setelah membaca novel tere liye saya juga ingn menemukan sekolah seperti akademi gajah. Seharusnya sekolah tak hanya berpacu tentang materi tetapi aplikasi dari itulah yang dibutuhkan dalam masyarakat.
BalasHapusthat's right :)
Hapushaha saya juga terbawa cerita untuk mencari akademi gajah di internet dan ternyata tak ada >.<
BalasHapusIya, hehehe, setelah membaca Zas dan Qon saya jadi nge-search akademi gajah, eh, masuknya ke blog ini, hehehe... Saya juga nge-search lembah bukhara dan suku penguasa angin
Hapusiya, kita bertiga sdh terpengaruh cerita-cerita Tere Liye :)
Hapushahaha... saya juga jadi nge-search akademi gajah jadinya nyambung ke blog ini juga....
Hapusiya betul sekali kata mbak we ummung, sekolah seperti akademi gajah yang profesional, tapi zaman sekarang ini juga sudah banyak sekolah-sekolah yang menyenangkan dan menjurus pada hobby masing-masing seperti sekolah aalam contohnya, metode pembelajaran yang padat tetapi ditelaah melalui praktek sehingga kondisi belajar tidak jenuh
hehehe, kok kejadiannya sma kya ak..
BalasHapusnovelnya selalu menginspirasii
BalasHapusternyata, rata2 setelah membaca ttg akademi gajah... kita juga tergelitik hatinya ingin mencarinya..
BalasHapussaya juga sangat setuju dg sistem pendidikan disekolah itu... ayo kita ciptakan pola pikir yg seperti itu jika mmg tak bisa membuat sekolah Akademi Gajah itu :)
hahahahahaaa,,,,,,
BalasHapuskeisengan saya mencari akademi gajah brujung di blog ini,,,
hahaa, iseng iseng juga nyari. yang ketemu malah ulasan anda yang keren (y)
BalasHapusmakasih atas kunjungannya, walaupun cuma iseng2... hehehe.
HapusHehehe saya juga iseng nyari akademi gajah n dapat kan blog ini
BalasHapusSepertinya saya salah satu makhluk milenial yang tertarik dengan akademi gajah, salam dari 2020:)
BalasHapusSaya yg bru ngesearch akademi gajah di thn 2021:)
BalasHapusaku juga tadi iseng-iseng mengetik Akademi Gajah karena kepikiran novel ini, eh ketemu blognya kakak. Dan, uwaaah, seneng setelah tahu yang tulis ini adalah orang Makassar. Hehe
BalasHapus