Kamis, 29 Maret 2012

No Cheating...

Menyontek atau bahasa kerennya adalah cheating, sudah tidak asing di telinga kita. Kenapa tidak, kita semua pernah jadi pelajar atau sampai sekarang masih berstatus pelajar, yang semuanya pasti pernah ikut ujian. Di era sekarang ini, cheating di kalangan pelajar hal yang sudah sangat lumrah terjadi. Hanya beberapa persen saja pelajar yang sama sekali tidak pernah menyontek.

Kenapa menyontek ? alasan yang paling kuat karena ingin mendapat nilai bagus tanpa bersusah payah belajar. Dalam pikiran mereka, nilai bagus itu bisa meningkatkan prestise di mata teman-teman, guru, orang tua, ataukah untuk menarik perhatian dari seseorang yang disukainya. Yah, memang sih memperoleh nilai bagus ada kebanggaan tersendiri. Berbagai cara pun dilakukan, ada yang lirik kiri lirik kanan (katanya posisi sangat menentukan), membuat pelampung (menurutku sih bukan pelampung tapi sudah perahu dibuatnya) di kertas kecil lalu digulung-gulung dan disisipkan entah dimana agar tidak ketahuan pengawas atau dengan cara menulis  contekan di atas meja, tangan, dll. Apapun alasannya, yang jelas menyontek itu perbuatan yang tidak jujur.

Senin, 26 Maret 2012

Terima Kasih...

Saat itu kami tengah duduk santai berbincang di depan rumah dengan beberapa orang tetangga, sambil sekali-kali melihat orang-orang di sebarang jalan sedang bermain Volley Ball. Sebuah mobil Inova baru berwarna putih melintas depan kami dengan kecepatan sedang, tiba-tiba BUKK. Wah, apakah gerangan yang berbunyi memecah perhatian kami dan para pemain bola volley, ternyata.. eh ternyata ban belakang  mobil itu sudah keperosok ke selokan. 

Tapi, wait a minute… 1,2,3,4,5. Pengemudinya kok nggak turun-turun. Beberapa orang yang lagi main Volly pun ragu-ragu (bantu g’ yah.. bantu g’ yah?? Pikir mereka kali’). Dengan ketulusan dan keihlasan hati beberapa anak manusia (www.lebay.com), tanpa dimintai bantuan segera membantu mendorong mobil itu keluar dari perangkap parit. Dalam hitungan ke-10, mobil itu berhasil keluar dari parit, dan melaju dengan cantiknya terus ke depan, meninggalkan sebuah pertanyaan dalam benak kami masing-masing. Kok bisa yah, sudah ditolong.. tapi ucapan terima kasih tidak terucap, bahkan batang hidung dan senyumannya pun tidak terlihat. Apa susahnya mengucap terima kasih, pikir kami. 

Begitulah mungkin sebagian dari kita, yang terkadang lupa mengucap terima kasih pada hal-hal yang kelihatannya sepele, tapi memiliki dampak yang sangat besar. Mari kita ber-TERIMA KASIH



Minggu, 25 Maret 2012

Sedekah & Ikatan Kimia

Jika kita renungkan, dalam kehidupan ini, kegiatan berbagi tak pernah lepas dari diri kita. Selalu ada saat-saat berbagi dengan yang lain. Bahkan selama dalam kandungan pun kita telah berbagi ruang dengan ibu kita. Hal ini lah yang kemudian membuat kita akan selalu merasa membutuhkan orang lain dalam hidup ini, baik untuk meminta maupun memberi. Kebahagiaan akan terasa lengkap jika kita membagi kebahagiaan itu dengan orang lain, toh di saat kita berbagi, kebahagiaan itu tidak akan berkurang, justru malahan membuat hidup ini lebih happy lagi. Selain kebahagiaan, rasa duka, kemalangan atau masalah kita pun bisa dibagi terkhusus kepada Sang Maha Pencipta, demi meringankan beban hidup dan mendapatkan solusi. 

Saya teringat dengan pelajaran kimia SMA yang membahas tentang Ikatan Kimia. Disitu dijelaskan bahwa unsure-unsur selain gas mulia bersifat tidak stabil. Gas mulia adalah unsur yang stabil, karena dalam konfigurasi elektronnya memenuhi aturan kestabilan unsure yaitu : aturan Duplet (electron kulit terluar/ electron valensi = 2, He), dan aturan octet (electron kulit terluar/ electron valensi = 8, yaitu unsure Ne, Ar, Kr, Xe, Rn), sehingga di alam pada umumnya ditemukan dalam keadaan bebas atau tidak berikatan dengan unsure lainnya.

Unsure-unsur selain gas mulia memiliki konfigurasi electron yang tidak memenuhi salah satu dari syarat kestabilan unsure (aturan Duplet (khusus unsure He, Li, H) dan aturan Oktet). Namun, secara alamiah unsure-unsur tersebut walaupun tidak punya rasa dan pikiran layaknya manusia yang bisa menimbang mana hal baik dan buruk juga berkeinginan agar dirinya bersifat stabil seperti unsure-unsur Gas Mulia. 

Kamis, 22 Maret 2012

Senyum itu... :)

Saya senyum-senyum melihat kebahagiaan anak-anak itu. Tanpa sengaja saya menoleh ke arah mereka. Ada sekelompok siswi yang terlihat saling berlarian selayaknya melakukan perlombaan lari, mereka berlari dengan riangnya sambil tertawa-tawa, entah apa yang mereka tertawai. Yang jelasnya kebahagiaan itu terpancar sangat di wajah-wajah polos mereka. Ada pula sekelompok siswi yang duduk melingkar sambil bermain dengan beberapa biji batu kerikil. Senyum yang tulus, gigi-gigi yang menyembul dari balik bibir mereka, suara yang nyaring, teriakan-teriakan mereka, ah… mereka bahagia sekali pikir saya. Hati saya membenak ada-ada saja yang mereka lakukan untuk bahagia, untuk tertawa riang bersama teman-teman mereka. Semuanya terlihat sederhana oleh mereka, sesederhana mereka menghadapi, melewati dan menghabiskan masa remaja mereka.

Ku ingin menjalani hidup seperti mereka, tertawa saat ingin tertawa, menangis saat ingin menangis, marah saat ingin marah. Semuanya penuh dengan kejujuran, tak ada yang di sembunyikan.Bagaikan anak kecil yang minta dibelikan permen, jika dibelikan, mereka tersenyum, jika tidak, mereka merajuk. Kalau dibujuk, mereka bersabar dan bisa kembali tersenyum. Maka tersenyumlah dengan tulus, maka kita akan bahagia...


Minggu, 04 Maret 2012

Mengenang PerjalananKu di Pulau Borneo (Part Two)

Menjadi guru di daerah pedalaman Kalimantan (Kab.Nunukan) menjadi pengalaman tersendiri buatku. Banyak hal baru yang mesti kupelajari,  budaya atau kebiasaan  masyarakat Kalimantan yang mayoritas penduduknya Dayak dan Tidung. Dalam pikiranku, sebelum saya sampai ketempat ini, saya akan menemukan banyak orang Dayak yang bertelinga panjang seperti yang pernah saya lihat di TV. Eh, ternyata tak satu pun yang saya temukan. Katanya yang bertelinga panjang itu bukan disini dan katanya lagi suku Dayak tuh juga banyak macamnya. Saya hanya bisa ber-ooooo panjang.

Di daerah ini masih kental dengan bau-bau mistis, ada istilah baru dalam kamus kata-kata saya “Kepohonan”, apakah artinya tertimpa pohon atau  ketelan pohon, hehehe.. Tentu saja bukan itu. Menurut kepercayaan masyarakat disini, jika kita punya keinginan, entah itu ingin makan sesuatu, minum sesuatu, atau pingin beli sesuatu, kalau hal itu tidak terpenuhi  maka tunggu saja dalam beberapa waktu akan ada akibat buruk yang akan menimpa orang tersebut. Jatuhkah, tersenggolkah, keserempet motorkah, dll. Apalagi katanya kalau yang kita inginkan tuh minum kopi atau nasi goreng. Kemungkinan terkena musibah tuh, bisa lebih parah. Ah ada-ada saja pikirku. Tapi hampir mayoritas masyarakat disini sangat percaya, bukan hanya penduduk aslinya tapi penduduk pendatang juga sudah ikut-ikutan percaya akan hal itu. Ada tetangga yang cerita ke saya, karena beliau baru datang dari Jawa, ketika itu ia sedang ngidam anak pertama, tahu sendiri kan orang hamil tuh banyak maunya, mau ini itu. Karena ada istilah “Kepohonan”, makanya temannya rela-rela mencarikan apa yang ia mau. Katanya “takut kepohonan”. Tetangga tadi senyum-senyum sendiri sambil membenak “Enak dong kalau begini terus, kalau kita pengin makan apa-apa, dicarikan… hehehe”. Suaminya jadinya gak perlu repot-repot.